Simalungun, AnalisaOne.com I Alangkah terkejutnya NS. Br. Lubis (40) warga jl. Sriwijaya Kelurahan Baru Kecamatan Siantar Utara Kodya Pematangsiantar saat dihubungi rekannya bahwa putranya AP (13) berada dirumahnya, padahal AP (13) disekolahkannya dan mondok di Pesantren Al Barokah yang terletak di Nagori Silinduk Kecamatan Tapian Dolok Kabupaten Simalungun.
Sungguh sangat terpukulnya br. Lubis setiba dirumah rekannya dan melihat kondisi tubuh anak lelakinya, dimana sekitar puting susu tubuhnya terdapat banyak luka lebam akibat cubitan kakak seniornya berinisial IH yang duduk dikelas XII dan akibat perlakuan tersebut pastinya akan menimbulkan trauma fsikis bagi perkembangannya.
Hal ini disampaikan NS. Br Lubis kepada awak media Kamis (3/12/2020) disalah satu rumah makan seputaran lapangan merdeka Pematangsiantar sekira pukul 12.00 WIB
“hal seperti ini sudah sering terjadi mas, tapi yang terakhir ini saya tidak terima dan saya pegang semua bukti bahkan setiap percakapan dengan mereka saya rekam,”jelas br. Lubis
Bahkan lebih lanjut br lubis merasa tidak terima dengan sistem pengajaran dipondok pesantren tersebut yang melakukan pembiaran kekerasan fisik senior terhadap juniornya
“ini pesantren yang lebih banyak mengajarkan agama agar kedepan menjadikan santrinya menjadi rahmatan lilalamin bukan kekerasan seperti ini, mau jadi apa mereka nanti,”ujar br lubis lagi
Tak terima melihat kondisi anaknya yang diperlakukan demikian S. br Lubis langsung melaporkan ke PPA Polres Simalungun dan diterima dengan laporan nomor STPL/169/X/2020/SU/Simal
Kapolres Simalungun AKBP Budi Waluyo SIK melalui Kabaghumas AKP. Lukman Hakim Sembiring SH saat dikonfirmasi via sambungan seluler Kamis (3/12/2020) terkait hal tersebut akan segera mengecek dan menindak lanjuti secepatnya.
Sementara salah seorang pengajar di Pondok Pesantren tersebut mengaku bernama ustadz somad saat dikonfirmasi awak media melalui sambungan seluler membenarkan kalau IH dan AP merupakan santri di Ponpes tersebut.
Dan saat ditanya lebih lanjut mengapa hal tersebut bisa terjadi, dengan arogan dan nada keberatan mengarah kasar ustadz somad mengatakan dan mengakui bahwa kalau hal itu terjadi karena mereka tidak bisa mengawasi para santri satu persatu.
“kalau hal itu terjadi kitakan tidak bisa mengawasi satu persatu, dan kitakan ada aturan kalau ada oknum yang salah ya kita hukum,”pungkas somad
(BG)